Langsung ke konten utama

MARI PRODUKTIF MENULIS bersama Bapak Doktor Ngainun Naim

Malam ini gak kerasa udah resume tugas ke 15 menulis bersama Om Jay. Mama bangga bisa bertemu dengan Nara sumber hebat bapak Doktor Ngainun Naim. Seorang dosen di IAIN Tulungagung yang sudah  menyusun 26 buah judul buku dan 14 buah artikel jurnal.

Mengawali paparannya dokter Naim berpendapat bahwa Guru adalah kunci penting dalam dunia pendidikan. Jika guru berkualitas, besar kemungkinan kelas yang diajarnya juga berkualitas. Tapi jika gurunya kurang berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan harapan. Salah satu kunci penting peningkatan kualitas guru adalah dengan membangun budaya literasi. Literasi berarti budaya membaca dan menulis. Seorang guru yang mau terus membaca buku dan menulis memiliki peluang untuk semakin meningkat kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak karya yang dihasilkan, maka akan memiliki kontribusi penting bagi kemajuan pendidikan.

Pada pertemuan ini beliau juga menyampaikan tentang KUNCI-KUNCI PENTING DALAM MENULIS.

KUNCI PERTAMA ADALAH MOTIVASI. Silahkan ditata motivasi anda dari mulai sekarang. Motivasi menulis bisa berupa;

  1. motivasi karir. menulis merupakan aktivitas yang berkaitan erat dengan profesi Bapak Ibu sekalian. Implikasinya, semakin mahir menulis maka semakin lancar karir yang kita tempuh.
  2. motivasi materi; menulis itu menghasilkan honor. Bagi penulis yang sudah sangat terkenal, honor memang sangat berlimpah. Bukunya terus mengalami cetak ulang. Namun jumlah mereka yang beruntung dari sisi ini tidak terlalu banyak. Sebagian besar penulis justru kurang mendapatkan perhatian dari sisi materi.
  3. motivasi politik; menulis ditujukan untuk mencapai tujuan politik tertentu.
  4. motivasi cinta; menulis karena memang mencintai aktivitas menulis.

 KUNCI KEDUA: MEYAKINI BAHWA MENULIS ITU ANUGERAH.

Menurut Doktor Naim mau dan mampu menulis itu anugerah. Banyak orang yang mau menulis tapi tidak mampu mengerjakannya; bisa karena kesibukan atau sejuta alasan lainnya. Banyak yang sesungguhnya mampu menulis tetapi tidak mau menulis. Karena itulah bisa menulis adalah anugerah luar biasa yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan terus menulis.

KUNCI KETIGA: MENULIS ITU MEMBERIKAN BANYAK “KEAJAIBAN” DALAM HIDUP.

mendapatkan banyak materi. Karena rajin menulis, bukunya mendapatkan banyak royaliti sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum. memiliki banyak teman. Bisa membeli peralatan yang dibutuhkan dalam kehidupan. tulisan adalah alat perekam kehidupan yang ajaib.

KUNCI KEEMPAT: TIDAK MUDAH MENYERAH.

Banyak orang ingin menulis, tentu termasuk menulis buku, tetapi semangat menulisnya naik turun. Saat ikut kegiatan kepenulisan semacam ini, semangat menulisnya berapi-api. Tetapi saat kembali ke dunia nyata, ke dunia kehidupan sehari-hari, semangat itu perlahan tetapi pasti memudar dan akhirnya hilang sama sekali. Saat bersemangat, menulis berlembar-lembar halaman dalam sehari terasa ringan. Saat tidak bersemangat, satu paragraf pun terasa berat sekali. Bahkan sangat mungkin berbulan-bulan tanpa menulis sama sekali.

Menulis lima paragraf yang dilakukan rutin setiap hari jauh lebih baik daripada sepuluh halaman yang dilakukan tiga bulan sekali.

KUNCI KELIMA: BERJEJARING.

Jadi penulis jangan menepi. Memang saat sekarang kita harus menepi karena Corona, tetapi bukan berarti tidak berinteraksi. Bangun jejaring kepenulisan. Ikut kegiatan semacam ini juga dalam rangka berjejaring.

KUNCI KEENAM: MENULIS SEBANYAK-BANYAKNYA.

Menulislah setiap hari tanpa henti. Lakukan secara terus-menerus. Jika Anda merasa tulisan Anda tidak baik maka dengan menulis setiap hari tulisan Anda akan otomatis menjadi baik.

Demikian resume dari mama kali ini, semoga kita terinspirasi. Salam literasi

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketombe...? Siapa takut..!!

Kalau kalian baca judulnya pasti ingat iklan shampoo d tv kan.. Namanya juga iklan, pastilah produknya di unggulin. Ternyata ini bukan cuma masalah nasional.. mendunia loh.. buktinya Mama juga punya masalah yang sama, kalian juga kan..?? ketombean..!! yuppss.. tapi itu dulu.. Mama sampe mencoba bermacam-macam shampoo dan ramuan tradisional..  dari yang murah sampe yang paling muaahal  ngikut iklan. Pernah ada yang nyaranin, pake blimbing wuluh atau jeruk nipis.. Hasilnya perih iya.. ketombe bukannya kabur malah semakin beranak.. Saking perihnya Mama jadi pengen nyanyi "kumenangiiiiss.. membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku.." Baper kan.. heheh.. Sebenarnya ketombe gak mengganggu sih.. Cuma pas keringetan kepala kita jadi guaatal banget.. digaruk keras enak kali cuma kadang sampe luka dan perih gitu. Nah.. Kali ini mama punya tips untuk ngilangin ketombe. Tips ini mama dapatkan secara nggak sengaja.. Mau tau..? atau mau tau banget..?? hehehe becanda.. Mama mo cerita

Menang Cacak Kalah Cacak

RESUME 25   Selamat datang kuys, malam ini ketemu lagi dengan mama Pipin dalam kegiatan serupa belajar bersama Om Jay. Pemateri kita   adalah Bapak Sigit Suryono, S.Pd, M.Pd, beliau pengajar SMP N 1 Wonosari, Gunungkidul, DIY, Indonesia, mengampu mata pelajaran IPA. Lahir di Sleman, 20 Nopember 1976 dari pasangan Bapak Giyono SW dan Ibu Waginem. Masa kecil tinggal di Ngawen, Trihanggo, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Pendidikan dimulai di TK Ngawen Trihanggo tahun 1981-1983. Pendidikan dasar dilanjutkan di SD Negeri Jambon II, Trihanggo, Sleman pada tahun 1983-1989. Kemudian melanjutkan di bangku SMP Negeri 5 Yogyakarta pada tahun 1989-1992. Pendidikan Menengah penyelesaian di SMU Negeri 1 Sleman jurusan IPA pada tahun 1992-1995. Pendidikan S1 di Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 1995 – 2002 di Fakultas FMIPA jurusan Pendidikan Fisika. Melanjutkan S2 di Program Pascasarjana UNY jurusan Teknologi Pembelajaran dari tahun 2003-2006. Pada tahun 2006 menikah dengan Dwi Riastuti, M